Profesi tata Boga

Profesi tata Boga

welcome to my world...

slamat membaca dan smoga bermanfaat...

Sabtu, 24 Oktober 2009

UU NO.20/2003 SISDIKNAS

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Pendidikan dalam artian yang lebih filosofis berbeda dengan kegiatan pengajaran. Secara sederhana, pendidikan bisa berarti usaha memaknai dan mewujudkan untuk mencapai potensi terbaik kehidupan manusia. Pendidikan lahir dan berkembang secara alami dalam budaya hidup manusia

Landasan filosofi adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif dan bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya. Pada umumnya bersumber dari dua faktor yaitu :

1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan

2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada diantara keduanya.

Sedangkan,Pendidikan dilakukan secara formal dan non formal. Namun pada umumnya, pendidikan dilakukan di Sekolah. Pengertian sekolah adalah suatu bangunan atau lembaga yang digunakan untuk mendapatkan pendidikan melalui proses belajar dan mengajar, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang terkait dalam menjalani aktifitas di dalam sekolah. Sekolah dikatakan ideal apabila mencangkup didalamnya segala sesuatu yang mendukung proses belajar dan pembelajaran (mencangkup sarana dan prasarana yang ada).

Adapun fungsi sekolah, adalah :

  1. Teknis Sekolah : Perbaikan ekonomi Individual, keluarga, masyarakat
  2. Sosial / manusiawi : Kontribusi pada tatanan sosial, hubungn antar manusia, berkontribusi pada peradaban.
  3. Politik : Kepntingan negara WN tahu hak dan kewajibannya, kepemimpinan, partisipasi, demokrasi, kewenangan, dll ( Intertendensi = partisipasi )
  4. Kultural : menjaga nilai-nilaibaik di masyaraka dan mengembangkan nilai-nilai yang lebih baik untuk membentuk peradaban.
    1. Peradaban : tingkat kemajuan budaya suatu bangsa dalam jangka waktu tertentu
    2. Fungsi budaya : memelihara atau mempertahankan ( statis ) dan pengembangan atau inofasi ( dinamis )
    3. Budaya lama yang baik dapat menimbulkan efisiensi
  5. Pendidikan : Peroses transformasi ( memindahkan sesuatu hingga berwujud ) iptek dan budaya, mengembangkan iptek dalam layanan masyarakat
  6. Spiritual : memahami hakekat kemanusiaan dan kesempurnaan sang pencipta

1) Kebersamaan anak dengan teman-temannya dalam satu sekolah tanpa perbedaan

Setiap siswa atau anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama didalam lingkungan sekolah. Berarti semua anak dapat bersekolah bersama dengan teman-temannya dalam satu sekolah tanpa ada yang harus dibedakan, ini semua dapat dilihat di dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pada bab V passal 12 .

Beberapa isi dari pasal tearsebut yang menyatakan tidak ada perbedaan pada setiap anak adalah sebagai berikut:

1. Setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak ;

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

b. mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

2. Setiap peserta didik berkewajiban :

Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

Adapun inti dari UU NO 20 / 2003 menurut saya, adalah :

§ Semangat Desentralisasi

§ Pendidikan khusus / pendidikan layanan khusus

§ Madrasah setaa dengan sekolah

§ Ketentuan alokasi anggaran pemerinta utuk pendidikan 2 %

§ Badan hukum pendidikan

§ Dewan pendidikan dan komite sekolah

§ Sertifikasi

§ Penggunaan bahasa Inggris

§ Ketentuan pidana

Landasan filosofi adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Terdapat kaitan yang erat dalam pendidikan dan filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat. Sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu, kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemologi, etika dan estetika, metafisika, dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.

Terdapat kaitan yang erat dalam pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat. Sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu, kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemologi, etika dan estetika, metafisika, dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.

Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Berdasarkan UU-RI no.2 tahun 1989 tentang SisDikNas, kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program sebagai pengelolaan pendidikan.

Sedangkan berdasarkan dengan peraturan mentri pendidikan nasional no.22 dan no.23 tahun 2006, komponen kurikulum tingkatan satuan pendidikan memiliki tujuan pendidikan yang dirumuskan dengan mengacu kapada tujuan umum pendidikan, yang diantaranya adalah tujuan Pendidikan menengah kejuruan, adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Oleh karena itu mata pelajaran yang dipilih untuk mendukung kurikulum yang ditetapkan memiliki tujuan dan ruang lingkupnya masing-masing.

Analisa hasil pemaparan manggambarkan bahwa semua aspek yang telah dibahas (filosofi pendidikan, undang-undang dalam pendidikan, tujuan lembaga dari setiap lembaga pendidikan formal dan adanya tujuan mata pelajaran) memiliki hubungan yang sangat erat dan dapat menjadikan pondasi pendidikan yang kuat apabila semuanya terjalankan secara benar dan sesuai denga tujuannya.

Sabtu, 17 Oktober 2009

PARADIGMA PENDIDIKAN

Pendidikan Indonesia memasuki era baru. Suatu upaya mengubah paradigma pendidikan di Indonesia tengah bergulir. Salah satu faktor yang akan menjadi media pengubah adalah (TIK) teknologi informasi dan komunikasi atau (ICT) information and communication technology.

Pengertian :
Paradigma adalah hasil pemikiran awal dan melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Yang mendukung terjadinya paradigma adalah :
• Trend
Prilaku yang memiliki kecendrungan akan suatu hal
• Kompetitif
Sifat persaingan terhadap kemampuan,kemauan ataupun mengikuti aturan yang berlaku untuk menghasilkan sudut pandang yang berbeda
• Transparan
Sifat terbuka dalam sebuah pemikiran
• Spesialis
Suatu kemampuan khusus dalam melihat suatu pemikiran
• Profesional
Suatu kemampuan ataupun keahlian yang mendukung secara penuh keberlangsungan hidupnya
Dengan profesional, maka keahlian yang dimilikinya dapat menjamin keberlangsungan hidup sang ”Profesional”
• Dinamis
Dapat melakukan eksperiment (melakukan kesalahn yang wajar)
Dapat melakukan suatu trobosan (Inventing)
Melakukan hal yang memiliki resiko (Growing)
• Adaptif
Suatu keadaaan untuk jeminan hidup, karena manusia tidak memiliki kepastian dalam hidupnya.

Tuntutan Terhadap Kompetensi SDM
1. Pengetahuan Global (Wawasan global)
- Konseptual yang Integratif dan aplikatif
- Orientasi terhadap solusi, inovasi dan kreatifitas
- Nilai-nilai Universal (antara lintas budaya)
2. Ketrampilan Global (Kemampuan Berteknologi)
- Komunikasi secara multi budaya
- Pemanfaatan teknologi Informasi
- Pengembangan Intelektual (daya pikir)
- Pengembangan Emosional (pola pikir)
- Pengembangan Edvertising Skill (Ketrampilan)
3. Sikap atau prilaku secara Global
- Dinamis dan fleksibel
- Inisiatif dan proaktif
- Inovativ dan kreatif
- Mandiri (Survive)

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Pengertian :
Manajemen yang berbasis sekolah atau sering disebut dengan MBS, adalah suatu lembaga yang memposisikan sekolah sebagai unit dibidang pendidikan di tempatnya (sekolah) masing-masing (setiap daerah). MBS merupakan otoritas ataupun otonomi kepada sekolah terhadap SDM yang dimiliki dengan berbagai tujuan yang sesuai dengan standar.
Adapun yang ditentukan oleh setiap sekolah (tempat), adalah SDM yang berupa guru, siswa ataupun personalia lain yang mendukung, kemampuan secara input ataupun output untuk keberlangsungan sekolahnya, dan perlu menentukan kemajuan kualitas yang dimilikinya.

Tujuan :
”Meningkatkan mutu Sekolah” adalah satu-satunya tujuan yang diharapkan dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah disetiap daerah. Dalam suatu tempat yang mengutamakan mutu maka tempat tersebut harus :
1. Absolute, yaitu memiliki satu-satunya didalam fasilitas pendidikan ataupun fasilitas yang mendukung pendidikan itu sendiri
2. Bersifat relatif, yaitu sekolah tersebut tidak bersifat konsisten (adanya perubahan-perubahan berskala dalam program pendidikannya)
3. Bekerja berdasarkan parameter, yaitu bergerak dibidangnya (pendidikan) sesuai dengan kemampuan yang ada berdasarkan kepuasan pelanggannya (penikmatg pendidikan)

Berdasarkan tujuan MBS, maka sekolah yang dikatakan bermutu harus memiliki:
  • Accountable, yaitu keberhasilan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh para pendidik.
  • Transparansi, adanya keterbukaan sistem pendidikan kepada semua pihak sekolah.
  • Sekolah tersebut memiliki harapan dan yakin bisa mencapainya sesuai dengan SDM yang dimiliki.
  • Memiliki partisipasi masyarakat ataupun orang tua siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan terjadinya reformasi (1998), maka tuntutan daerah yang ingin melakukan perubahan semakin banyak dan keinginan sekolah (dinas) mengatasinya sendiri pun semakin bertambah, maka dapat dikatakan alasan dalam mendirikan MBS ini adalah :
1. Beralihnya kekuasaan dari sistem Sentralisasi (berpusat) menjadi disentralisasi (tidak berpusat)
2. Adanya otonomi (kepercayaan) disetiap daerah
3. Adanya pengamatan mengenai sekolah bermutu untuk menentukan atau mengembangkan potensi SDM

Minggu, 04 Oktober 2009

Deteksi dan Diagnosis Anak CI+BI

Sahabat tercinta.....
berikut ini kami sampaikan kutipan terkait dengan deteksi dan diagnosis anak CI+BI....semoga bermanfaat


"DETEKSI DAN DIAGNOSIS ANAK CI+BI"

Model pendekatan multifaktor lebih fleksibel dalam melakukan deteksi dan diagnosis anak cerdas istimewa, terutama dalam menghadapi anak-anak dengan kondisi tumbuh kembang yang mengalami disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan bergangguan belajar (learning difficulties dan learning disabilities), serta yang mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan perilaku yang patologis).

Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang dimaksud adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat-alat ukur asesmen yang lebih beragam (Mönks dan Pflüger, 2005).

Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari Triadic Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain: (1) faktor talenta (talent) yang relatif mandiri (relatif mandiri); (2) faktor kinerja (performance); (3) faktor kepribadian; dan (4) faktor lingkungan; Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja.

Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu: kemampuan intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktis, kemampuan artistik, musikalitas, dan keterampilan psikomotor.

Faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu: matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, seni (musik, lukis), bahasa, olah raga, serta relasi sosial.

Bakat (talent) dapat berkembang menjadi kinerja dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: (1) karakteristik kepribadian yang mencakup: cara mengatasi stres, motivasi berprestasi, strategi belajar dan strategi kerja, harapan-harapan akan pengendalian, harapan akan keberhasilan atau kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan; serta (2) kondisi-kondisi lingkungan yang mencakup: iklim keluarga, jumlah saudara dan kedudukan dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan dan kinerja yang ada di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan peristiwa-peristiwa kritis.

Di dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan. Misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana orangtua atau guru memperlakukannya. Di dalam proses terwujudnya kinerja, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan. Misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut menjadi semakin ulet dan tekun atau bakat yang dimiliki juga akan berpengaruh terhadap sikap orangtua atau guru terhadap anak sehingga berpengaruh terhadap cara memperlakukan si anak.

Proses Identifikasi merupakan salah satu tahap awal yang merupakan kunci utama yang penting dalam keberhasilan suatu program layanan pendidikan khusus bagi siswa CI+BI.

Dalam proses rekrutmen dan seleksi dipengaruhi oleh model layanan pendidikan yang diberikan bagi peserta didik cerdas istimewa ada beberapa prinsip identifikasi yang perlu diperhatikan adalah (Klein, 2006; Porter, 2005) yaitu: Cerdas Istimewa merupakan suatu fenomena yang kompleks sehingga identifikasi hendaknya dilakukan secara multidimensional dengan:

1. Menggunakan sejumlah cara pengukuran untuk melihat variasi dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa cerdas istimewa pada usia yang berbeda.

2. Mengukur bakat-bakat khusus yang dimiliki untuk dijadikan acuan penyusunan program belajar bagi siswa cerdas istimewa.

3. Tidak hanya memperhatikan hal-hah yang sudah teraktualisasi, namun juga mengidentifikasi potensi.

4. Identifikasi tidak hanya untuk mengukur aspek kognitif, namun juga motivasi, minat, perkembangan sosial emosional serta aspek non kognitif lainnya

Dikutip dari: Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi (Jakarta: PSLB, 2007)